Selasa, 20 Juni 2017

Pengalaman Masuk Sekolah Dasar


Buka-buka facebook, aplikasi tersebut memunculkan kenangan foto ini tiga tahun yang lalu.Foto ini diambil saat Kakak Naylatifa perpisahan TK. Saat itu Nayla senang sekali karena sebentar lagi SD, seragamnya pakai rok, bukan celana TK lagi.  Menurut Nayla memakai rok akan terlihat lebih cantik. Dibalik bayangan indahnya  pakai rok, ternyata ada satu kekhawatiran masuk SD. Kata Nayla,  " Ma, aku takut ujian SD,  karena di TK aku blm pernah merasakan ujian itu seperti apa?". Ketakutan Nayla mungkin karena saat itu Mas dan Mbak keponakan sibuk belajar menghadapi UN.

Waktu berlalu, Nayla malah sudah bisa menasihati adiknya agar tidak takut masuk SD. 

Pagi itu,  seperti biasa aku bersiap ke kampus. Kudengar Nayla dan adiknya Naura lagi ngobrol,  dan akupun tertarik untuk mendengarkan kok sepertinya serius tentang pengalaman sekolah.

"Kak,  aku takut masuk SD" kata Naura.  Nayla yang merasa punya pengalaman yang sama, mulai menasihati adiknya, "nggak usah takut dik,  kelas satu pelajarannya masih mudah kok, nggak ada yang sulit dan nanti juga diajarin sama bu Guru.  Jadi jangan takut yaa..!? " bujuk Nayla.  Tapi tampaknya Naura ga puas dengan jawaban kakaknya sambil bilang  " Aku takut masuk SD,  karena aku takut disuntik cacar Kak.. "  Lahh ternyata ketakutan tentang hal yang berbeda.

Terkadang anak anak  mempunya ketakutan dan kekhawatiran akan suatu hal yang belum pernah dialaminya, meskipun subjek nya sama,  bisa saja berbeda variabel yang ditakutkan. Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan anak untuk mengusir rasa takut itu dan menyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

Pernah suatu ketika sebelum masuk SD, Nayla terlihat tidur siang seperti yang kupinta, namun ternyata dia mengaku kalo siang itu dia hanya mantengi kertas pengurangan yg sengaja ditempel di dekatnya, sampai dia paham. Setelah kurasa bangun tidur,  baru dia bilang "Mama,  maaf sebenarnya kakak tadi ga tidur,  tapi memikirkan caranya pengurangan".

Ketika mau kenaikan kelas 2, aku bilang "Kak,  nanti kelas 2 ada yang perkalian yang harus dihafalin".  Suatu malam, dimana besok paginya masuk pertama kelas 2,  Tiba-tiba Nayla bilang "Ma.. tolong di cek hafalan perkalian ku ya,  besok kan aku kelas 2". Entah kapan dia menghafal angka angka itu,  tapi kulihat di buku bindernya,  dan kertas kertas di mejanya isinya tulisan Nayla tentang perkalian. Ternyata Nayla melawan ketakutannya sendiri dengan semangat berusaha harus paham.

Masih menjadi PR yang besar bagi Nayla untuk menerima suatu kegagalan.  Dia sering menangis,  ketika hasil yang diperoleh tidak sesuai harapannya.  Waktu mengambil raport bu Guru wali kelas sempat cerita kalau Nayla kemarin terlihat menangis setelah menerima hasil ujian SBK. Padahal bu Guru juga sudah mencoba meyakinkan kalau itu sudah bagus. Aku mencoba mengingat waktu itu,  Nayla pulang sambil menyerahkan hasil mewarnai ujian SBKnya sambil bilang "Maaf Ma,  aku sepertinya ga bakat SBK,  nilaiku hanya 86.  Kata Mama kan semua anak pinter tapi di bidang nya masing2,  iya kan Ma..?!" Kata Nayla seperti menghibur diri. Akupun mencoba menenangkan dan meyakinkan bahwa itu sudah bagus,  dan terpenting sudah berusaha dan berdoa,  hasilnya kita harus menerima apapun kenyataannya. 

Sebagai orang tua, akupun merasa masih harus belajar dan belajar dalam mendidik anak agar nantinya mampu menjalani kehidupan ini dengan baik.


Untuk melengkapi kemampuan akademik,  sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan emosional pada anak. Dalam hal ini peran guru disekolah  dan terlebih orang tua dalam lingkungan keluarga sangat dibutuhkan. Belajar bersabar dan menahan emosi, melatih empati, berbagi, menerima kegagalan dan  menyikapi kesuksesan.

Sekarang Naylatifa sudah naik ke Kelas 3. "Selamat ya Kak,  atas hasil usaha belajarnya". Mama ikut merasakan beratnya UKK tahun ini harus ekstra berjuang,  belajar sambil menahan lapar dan kantuk karena bersamaan dengan bulan Ramadhan. Berpacu dengan waktu,  antara pengajian takjilan,  tarawih,  tadarus, sahur, pengajian ba'da subuh dan belajar UKK.  Yang membuat perputaran waktu seakan berlari lebih kencang,  dan jika kita lengah maka kita bisa terengah-engah atau bahkan tertinggal jauh. Alhamdulillah semua itu bisa dilalui dengan baik.

Semangat belajar terus ya sayang.. Semoga makin sholekah,  pinter ngaji, pinter sekolah,  Aamiin.

"Pertahankan Prestasimu, Raihlah Bintang di Langit" mengutip salah satu pesan  yang ditulis bu Guru pada catatan Raport Nayla.

Selasa, 16 Mei 2017

Selamat datang usia 40 tahun

"Ma,  besok Mama ulang tahun ke berapa?" tanya anakku Naura.  Ketika kugoda "Emm berapa ya dik,  Mama belum menghitungnya " ehh malah lari "ya udah Ma, tanya ayah saja" sambil lari kecil menghampiri ayahnya. Kayaknya si kecil sedang menyiapkan sesuatu untukku.

Masa berlalu begitu cepat. Masih jelas di ingatan masa indah dimana hari-hari diisi dengan bermain pasaran di kebun, tertawa bersama teman-teman kecilku, lari-lari di pematang sawah,  bermanja,  merengek-rengek minta kucing dan tersedu hanya karena burjo yang lewat depan rumah simbah sudah habis. Saat itu ada ayahku yg sangat kuat dan kharismatik di mataku,  ibuku jg masih sangat enerjik, bekerja seperti tidak kenal lelah. Ya Allah, betapa aku sangat menyayangi mereka. Meski sekarang tinggal Ibu yang sudah mulai sepuh,  semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan panjang usia, dan untuk Ayah yg sudah menghadap-Nya,  semoga Allah SWT menempatkan di surga terindah Nya. Amin ya Robbal alamin.

Oh ya, menjawab pertanyaan Naura, jadi sekarang usiaku sudah 40 tahun. Kata orang, diumur 40 tahun ini jika kita sudah menetapkan tujuan diri untuk menjadi manusia yang baik, maka Insya Allah akan selalu ada jalan berikutnya untuk terus menjadi lebih baik. Namun berlaku sebaliknya. Oh, betapa istimewa nya usia 40 tahun.  Bahkan Nabi Muhammad SAW mengemban misi kenabian saat beliau berusia 40 tahun.

Usia 40 juga disebutkan dalam Kalam Nya QS Al-Ahqaf-15,  yang artinya :

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".

Aamiin.. Aamiin ya Robbal alamiin..

Berarti usia ku sudah tidak muda lagi,  kini aku telah berusia dewasa. 40 tahun. Sudah ada satu helai uban tumbuh di rambutku. Itu juga aku tahu pas gatal dan penasaran lihat di kaca. Ya sudah dikasih tanda cinta sama gusti Allah.

Banyak ucapan dan doa yang terbaik dikirim keluarga, teman-teman dan handai taulan,  baik di Wall dan inbox Facebook,  BBM,  grup maupun japri di Whatsapp. Kepada semuanya kuucapkan terima kasih. Semoga doa itu terkabul dan begitu juga yang mendoakan semoga juga terkabul segala yang jadi harapannya.

Pagi itu,  15 Mei 2017 tampaknya anak-anakku sudah sibuk. Bahkan jam 4 si adik sudah bangun, Nayla juga perlahan-lahan bangun,  seakan tidak mau mamanya dengar kalo sudah bangun dan dengan berjingkat-jingkat keluar kamar. Meskipun sebenarnya aku sudah bangun,  tapi aku gak mau mengecewakan anakku yang mau bikin kejutan untukku.  Sepertinya mereka cukup lama berunding.. Dan tiba tiba. “Tralaaa..,  Selamat Ulang Tahun Mama..!!" Teriak Nayla dan Naura disusul suamiku dibelakang sambil membawa rangkaian bunga yang indah dan ga akan pernah bisa layu (lha iya lah, bunga hiasan). Hadiah sederhana namun bagiku itu ungkapan kasih sayang untukku.  Terima kasih suamiku,  I Love You,  always have always will".

Sebuah puisi  telah ditulis Nayla khusus untuk hadiah Ultah Mama. Sengaja ku tulis ulang di sini untuk mengabadikan dan berharap anak anak Nayla kelak pun dapat membaca karya Ibunya sewaktu kanak kanak.
IBU
karya Naylatifa Nirwasita (8 tahun)
Ibu,  kepada engkaulah aku berterima kasih.
Atas semuanya yang telah engkau berikan kepadaku.
Entah dengan apa aku bayar untuk dosa dosaku kepadamu,  hanya doa yang bisa menghapus dosa dosa ku (doa kedua orang tua)
Ibu,  terima kasih atas segala galanya,
Tanpamu dan tanpa pengorbananmu aku tak akan ada Ibu.
Engkau rela merasakan sakit demi melahirkanku,
Kau didik aku dengan kasih sayang dan kesabaran.
Jasamu begitu besar Ibu.
Sekali lagi aku ucapkan terima kasih.
       

Sebenarnya selain puisi, Nayla juga menuliskan ucapan doa dan harapan untuk mama banyak sekali, bahkan bisa dibilang detail dan cukup membuatku senyum senyum sendiri membacanya. Tapi karena dah dipesan hanya untuk Mama, jadi tidak kutulis disini,  cukup kesimpan di hatiku. Ucapan itu juga ditanda tangani bersama adik dan ayahnya. Ide Nayla yang lucu.

Makasih sayangku, Mama akan selalu berusaha lebih baik lagi menjadi ibu,  maafkan mama yang sering terlihat sibuk sendiri. Mama akan berusaha lebih perhatian lagi, lebih sering memasak kesukaan kalian, lebih banyak waktu untuk menemani belajar,  bermain dan membacakan cerita sampai kau terlelap dalam mimpi dengan senyuman mengembang di bibir mu.
Sebagai akhir tulisan ini,  akupun berharap bisa mengamalkan yang menjadi perintah Nya,  khususnya dalam QS Al-Ahqaf-15,  yang memerintahkan ketika berusia 40 tahun untuk bersyukur,  berbuat baik, bertobat dan berserah diri.

Ya Allah tunjukkan aku agar senantiasa bisa bersyukur. Bersyukur kepadaMu atas karunia umur yang mengantarkanku mencapai usia 40. Bersyukur atas kenikmatan hidup yang Engkau anugerahkan, berupa kesehatan, berupa keluarga yang harmonis,  suami yang sangat sabar dan baik,  anak anak yang cantik, pintar dan sholekah,  saudara yang saling menyayangi, teman2,  dan tetangga  yang baik. Juga Rumah yang sejuk dan menjadi surga kami menjalani hidup di dunia,  atas  lingkungan yang baik untukku.

Ya Allah,  tunjukkan aku agar senantiasa bisa bertobat atas dosa dosaku di antara tarikan kebaikan dan keburukan kholbu yang berbolak-balik, semoga masih lebih berat kebaikanku.

Ya Allah,  bimbing lah aku agar bisa lebih bermanfaat bagi keluargaku maupun masyarakat sekitar. Semoga apa yang kulakukan menjadi amal sholeh yang mendatangkan keridhoanNya.

Ya Allah,  ajarkan aku agar semakin semeleh dan berserah diri, serta ikhlas  terhadap ketentuanMu, Kau berikan hati yang tenteram dan bahagia dunia akhirat.

Ibaratnya usia 40 adalah  mungkin sudah masuk ashar. Senja. Sebentar lagi maghrib. Berharap masih bisa mengisi sisa usia kita dengan sebaik baiknya.

Senin, 20 Maret 2017

Naura Pengen Uang Rp.1000



Hari itu, aku pulang lebih awal. Rasanya badan ini ga nyaman, hidung tersumbat, kepala cumleng. Lengkap sudah gejala flu yang melandaku. Belum lama rebahan di kamar, tiba-tiba Naura, anakku yang masih TK nol besar dan paling menggemazkan di rumah ini, datang mendekat. "Ma.." sapanya , "iya,  ada apa sayang?" Jawabku sambil berharap dia tidak rewel dan minta yg aneh aneh.  "Kata Kakak,  kalo aku membantu mama atau mijitin mama, aku bisa dapat uang seribu. Benar ga, Ma..?!" Ucapnya dengan suara yg masih agak cedal tapi penuh harap. Belum  kujawab,  Naura melanjutkan lagi "Boleh ga? ,  aku mijitin Mama trus Mama kasih uang seribu? "  Aku heran,  tumben ni anak nawarin mijitin minta upah uang. Biasanya juga tiap malam habis sholat Isya' mijitin mama minta upahnya cium,  didoain dan minta cerita Nabi. Itupun sudah rebutan sama Kakak.  Akhirnya dengan penasaran ku coba mencari tahu buat apa uang seribu yang diminta adik. "Emang buat apa dik, uang seribu?" tanyaku. "Jadi kalo Owa (panggilan sayang untuk Naura) pijitin kaki Mama,  tangan Mama,  kepala Mama, bisa dapat uang seribu?" Tanyanya girang merasa ada respon seakan Mamanya sudah acc (hehehe pinjam istilah proposal mahasiswa). 

"Iya, Boleh. Tapi buat apa dulu dik, uang seribu?" Tanyaku kembali. "Tabungan ku kurang seribu Ma untuk beli bolpoint yang bisa nyala"   jawabnya sambil mulai mendekati kakiku. Rupanya kakak nya Naylatifa (kelas 2 SD) memperhatikan percakapan kami, dan mencoba menjelaskan dari ruang keluarga depan kamar Naura.. "Iya Ma,  adik beberapa hari yang lalu pengen bolpoint yang bisa menyala,  kata Ayah harganya Rp. 4000,  jadi adik suruh nabung dulu,  nah sekarang tabungan adik sudah dapat Rp 3000, Ma...jadi masih kurang Rp. 1000.. Kemudian aku bilang ke adik, seumpama adik mau melakukan perbuatan terpuji, contohnya membantu membersihkan rumah atau mijitin mama,  maka mama bisa kasih uang Rp. 1000. Iya kan Ma?" Penjelasan kakak panjang seolah ikut meyakinkan mama.  Meskipun aku juga belum paham bolpoint yang bisa menyala itu seperti apa. Apa seperti jam tangan kesayangannya yg bisa nyala kedip kedip?  Atau yang seperti apa? Okay lah Deal. Kebetulan juga lagi ga enak body,  malah ga usah nunggu malam dah dapat pijatan. Kaki kaki kecil anakku mulai berjalan jalan menginjak tumitku,  kunikmati setiap gerakan nya dan seperti biasa sambil dipijitin aku  mendoakan anak anakku semoga jadi anak Solikhah.. Pinter. Bahagia dengan hidupnya dan terkabul segala yg jadi cita cita nya. Aku yakin dan selalu meyakinkan pada anak anak kalo doa orang tua untuk anaknya akan dikabulkan Alloh SWT, sehingga Nayla dan Naura sering minta doa mama jika kesulitan belajar atau tiap mau ke sekolah, apalagi kalo Nayla mau ulangan atau ujian. Mereka sangat percaya dengan kekuatan doa.

Setelah dirasa cukup bagian kaki,  Naura pindah mijitin tanganku,  Hemm kembali kurasakan sentuhan sayang tangan kecil itu yang bergerak kesana kemari memijit mijit tanganku,  meski jelas ga sekeras Mbak Mini yg kadang tak minta datang mijitin, tapi sentuhan tangan kecil itu rasanya sampai ke hati.. "Udah ya Ma...?!!" serunya tiba-tiba sambil berlari mendengar suara Ayahnya mau keluar. "Dik mau kemana? . Ini uang seribunya.." panggil ku sambil meraih dompet di meja.  Tapi Naura sambil berlari mengejar Ayahnya malah bilang "enggak jadi Maa.. Udah punya uang nya.. Ini mau berangkat beli bolpoint nya.." jawab nya kegirangan menuju motor Ayahnya. Nayla pun yang lagi sibuk nulis nulis di buku bindernya akhirnya beranjak juga.. "ikut Yah.." serunya. Rupanya belum lama Ayahnya cerita kalo waktu itu Naura mendekati Ayahnya sambil bilang "Yah,  Owa dah mijitin Mama,  jadi minta uang seribu ya Yah... Ayo yah.. Beli Bolpoint nya sekarang..!!"  kata Naura yang merajuk pada Ayah nya dan karena hanya Ayahnya yang tahu bolpoint yang dimaksud. 

Sekitar 10 menit berlalu,  terdengar motor terhenti di depan rumah... Dan riuh suara anak anak pun terdengar...  "Mama.. Mama.. Mama.." teriak mereka dari luar rumah kegirangan..  Rupanya mereka sudah mendapatkan bolpoint yang diinginkan adik... "Sini dik.. seperti apa bolpoint nya" pintaku.’


Dengan wajah riang Naura mendekat sambil menulis sesuatu di tangan ku dengan bolpoint nya.. "iih geli dik" kataku. "ini tulisan rahasia Ma.. Ayo tebak.." sambil ketawa riang Naura ngajak main tebak tebakan.. kulihat memang ga ada tulisan apapun di telapak tanganku.. "kalo di sorot pakai lampu bolpoint baru bisa tahu Ma Tulisan nya.. Hehe.." katanya bangga merasa bisa membuat mama penasaran. "itu pake sinar ultra violet,  kalo disorot akan jelas tulisannya.. kayanya juga bisa mendeteksi uang kertas asli atau bukan" sambung Ayah.  "Ayo dik.. coba disorot telapak tangan mama.. Adik tadi nulis apa??"  tak sabar aku ingin lihat apa yang ditulis pertama kali oleh Naura di telapak tangan ku. Dengan berbinar seterang sinar bolpoint nya.. Mulai di eja huruf demi huruf yang dituliskan di telapak tangan ku dan nampak huruf huruf yang berwarna hijau mulai bersinar dengan tulisan "MAMA CANTIK.. LOVE MAMA" . ""Aduhh serasa mendapat surat cinta yang pertama. Membikin hatiku berlomba.. Seperti melodi yang indah...." Nyanyian hatiku. "Terima kasih ya Dik.." ucapku sambil ku cium pipinya yang kenyal itu. Memang dik Naura paling menggemazkan.. "I LOVE YOU TOO DIK NAURA YANG IMUT "