Hari itu, aku pulang lebih awal.
Rasanya badan ini ga nyaman, hidung tersumbat, kepala cumleng. Lengkap sudah
gejala flu yang melandaku. Belum lama rebahan di kamar, tiba-tiba Naura, anakku
yang masih TK nol besar dan paling menggemazkan di rumah ini, datang mendekat.
"Ma.." sapanya , "iya,
ada apa sayang?" Jawabku sambil berharap dia tidak rewel dan minta
yg aneh aneh. "Kata Kakak, kalo aku membantu mama atau mijitin mama, aku
bisa dapat uang seribu. Benar ga, Ma..?!" Ucapnya dengan suara yg masih
agak cedal tapi penuh harap. Belum
kujawab, Naura melanjutkan lagi
"Boleh ga? , aku mijitin Mama trus
Mama kasih uang seribu? " Aku
heran, tumben ni anak nawarin mijitin
minta upah uang. Biasanya juga tiap malam habis sholat Isya' mijitin mama minta
upahnya cium, didoain dan minta cerita
Nabi. Itupun sudah rebutan sama Kakak.
Akhirnya dengan penasaran ku coba mencari tahu buat apa uang seribu yang
diminta adik. "Emang buat apa dik, uang seribu?" tanyaku. "Jadi
kalo Owa (panggilan sayang untuk Naura) pijitin kaki Mama, tangan Mama,
kepala Mama, bisa dapat uang seribu?" Tanyanya girang merasa ada
respon seakan Mamanya sudah acc
(hehehe pinjam istilah proposal mahasiswa).
"Iya, Boleh. Tapi buat apa
dulu dik, uang seribu?" Tanyaku kembali. "Tabungan ku kurang seribu
Ma untuk beli bolpoint yang bisa nyala"
jawabnya sambil mulai mendekati kakiku. Rupanya kakak nya Naylatifa
(kelas 2 SD) memperhatikan percakapan kami, dan mencoba menjelaskan dari ruang
keluarga depan kamar Naura.. "Iya Ma,
adik beberapa hari yang lalu pengen bolpoint yang bisa menyala, kata Ayah harganya Rp. 4000, jadi adik suruh nabung dulu, nah sekarang tabungan adik sudah dapat Rp 3000,
Ma...jadi masih kurang Rp. 1000.. Kemudian aku bilang ke adik, seumpama adik
mau melakukan perbuatan terpuji, contohnya membantu membersihkan rumah atau
mijitin mama, maka mama bisa kasih uang Rp.
1000. Iya kan Ma?" Penjelasan kakak panjang seolah ikut meyakinkan
mama. Meskipun aku juga belum paham
bolpoint yang bisa menyala itu seperti apa. Apa seperti jam tangan
kesayangannya yg bisa nyala kedip kedip?
Atau yang seperti apa? Okay lah Deal. Kebetulan juga lagi ga enak body, malah ga usah nunggu malam dah dapat pijatan.
Kaki kaki kecil anakku mulai berjalan jalan menginjak tumitku, kunikmati setiap gerakan nya dan seperti
biasa sambil dipijitin aku mendoakan
anak anakku semoga jadi anak Solikhah.. Pinter. Bahagia dengan hidupnya dan
terkabul segala yg jadi cita cita nya. Aku yakin dan selalu meyakinkan pada
anak anak kalo doa orang tua untuk anaknya akan dikabulkan Alloh SWT, sehingga
Nayla dan Naura sering minta doa mama jika kesulitan belajar atau tiap mau ke
sekolah, apalagi kalo Nayla mau ulangan atau ujian. Mereka sangat percaya dengan
kekuatan doa.
Setelah dirasa cukup bagian
kaki, Naura pindah mijitin
tanganku, Hemm kembali kurasakan
sentuhan sayang tangan kecil itu yang bergerak kesana kemari memijit mijit
tanganku, meski jelas ga sekeras Mbak
Mini yg kadang tak minta datang mijitin, tapi sentuhan tangan kecil itu rasanya
sampai ke hati.. "Udah ya Ma...?!!" serunya tiba-tiba sambil berlari
mendengar suara Ayahnya mau keluar. "Dik mau kemana? . Ini uang
seribunya.." panggil ku sambil meraih dompet di meja. Tapi Naura sambil berlari mengejar Ayahnya
malah bilang "enggak jadi Maa.. Udah punya uang nya.. Ini mau berangkat
beli bolpoint nya.." jawab nya kegirangan menuju motor Ayahnya. Nayla pun
yang lagi sibuk nulis nulis di buku bindernya akhirnya beranjak juga.. "ikut
Yah.." serunya. Rupanya belum lama Ayahnya cerita kalo waktu itu Naura
mendekati Ayahnya sambil bilang "Yah,
Owa dah mijitin Mama, jadi minta
uang seribu ya Yah... Ayo yah.. Beli Bolpoint nya sekarang..!!" kata Naura yang merajuk pada Ayah nya dan
karena hanya Ayahnya yang tahu bolpoint yang dimaksud.
Sekitar 10 menit berlalu, terdengar motor terhenti di depan rumah...
Dan riuh suara anak anak pun terdengar...
"Mama.. Mama.. Mama.." teriak mereka dari luar rumah kegirangan.. Rupanya mereka sudah mendapatkan bolpoint
yang diinginkan adik... "Sini dik.. seperti apa bolpoint nya"
pintaku.’
Dengan wajah riang Naura mendekat
sambil menulis sesuatu di tangan ku dengan bolpoint nya.. "iih geli
dik" kataku. "ini tulisan rahasia Ma.. Ayo tebak.." sambil
ketawa riang Naura ngajak main tebak tebakan.. kulihat memang ga ada tulisan
apapun di telapak tanganku.. "kalo di sorot pakai lampu bolpoint baru bisa
tahu Ma Tulisan nya.. Hehe.." katanya bangga merasa bisa membuat mama
penasaran. "itu pake sinar ultra violet,
kalo disorot akan jelas tulisannya.. kayanya juga bisa mendeteksi uang
kertas asli atau bukan" sambung Ayah.
"Ayo dik.. coba disorot telapak tangan mama.. Adik tadi nulis
apa??" tak sabar aku ingin lihat
apa yang ditulis pertama kali oleh Naura di telapak tangan ku. Dengan berbinar
seterang sinar bolpoint nya.. Mulai di eja huruf demi huruf yang dituliskan di
telapak tangan ku dan nampak huruf huruf yang berwarna hijau mulai bersinar
dengan tulisan "MAMA CANTIK.. LOVE MAMA" . ""Aduhh serasa
mendapat surat cinta yang pertama. Membikin hatiku berlomba.. Seperti melodi
yang indah...." Nyanyian hatiku. "Terima kasih ya Dik.." ucapku
sambil ku cium pipinya yang kenyal itu. Memang dik Naura paling menggemazkan..
"I LOVE YOU TOO DIK NAURA YANG IMUT "