UNIT BELAJAR 1. DETERMINAN KESEHATAN
1. Body Mass Indeks (BMI)
Body Mass Index (BMI) adalah metoda yang paling berguna dan banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas. Nilai BMI diperoleh dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). BMI juga diartikan sebagai metode pengukuran untuk mengetahui kondisi lemak tubuh seseorang atau status gizi orang dewasa (Gaya Hidup dan Penyakit Modern, JB Suharto, B. Cahyono) |
Klasifikasi BMI Menurut WHO (1998) |
|
http://www.obesitas.web.id/bmi%28i%29.html
2. Faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit tidak menular :
Faktor resiko adalah faktor yang menentukan/menyebabkan terjadinya suatu penyakit atau masalah kesehatan. Berkaitan dengan determinan kesehatan “ non communicable disease” maka dapat disebutkan faktor-faktor risikonya adalah : Faktor Sosial Budaya (adat istiadat tertentu, tingkat pengetahuan, pendidikan, SDM), (kemiskinan), Sosial budaya, Faktor Lingkungan ( Polusi udara, pencemaran air), Faktor Perilaku ( merokok, makan makanan kurang serat, minum alkohol), Faktor Hereditas ( Obesitas, dll).
Faktor Risiko penyakit tidak menular yang lain menurut (www.who.int 24 september 2010) adalah Merokok, Mengkonsumsi alcohol, Tekanan darah tinggi, Kelebihan berat badan, Peningkatan kadar lemak, Asupan buah dan sayur rendah dan Aktivitas fisik rendah.
3. Insiden dan Prevalens
Azrul azwar, 1988 dalam buku Pengantar Epidemiologi disebutkan bahwa :
a. Insidensi : Adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di suatu kelompok masyarakat. Angka insidensi (Insiden rate) adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang dilaporkan pada periode waktudan tempat tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dimana penyakit tersebut berjangkit. Biasanya dinyatakan dalam jumlah kasus per 1000 kasus atau per 100.000 penduduk per tahun.
b. Prevalensi : Adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan dalam jangka waktu tertentu disekelompok masyarakat tertentu. Angka prevalensi adalah jumlah keseluruhan orang yang sakit yang menggambarkan kondisi tertentu yang menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik waktu tertentu (Point prevalen) atau periode waktu tertentu (Period prevalence), tanpa melihat kapan penyakit itu dimulai dibagi dengan jumlah penduduk pada titik waktu dan periode waktu tertentu.
4. Langkah-langkah Identifikasi Masalah
Ada beberapa metode yang dapat dipilih untuk mengidentifikasi masalah yaitu: Menggunakan kerangka PRECEDE-PROCEED (Predisposising, Reinforcing, and Enabling cause in Educational Diagnosis and Evaluation) – (Policy, Regulatory, and Organizational Construcs in Educational and Environmental Development). Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan diawali dengan need asssement yaiyu menggali masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Sumber data yang digunakan antara lain : 1. Dokumen yang ada, 2. Langsung dari masyarakat (target populasi), 3. Petugas kesehatan di lapangan,4. Tokoh masyarakat. Cara pengumpulan data yaitu:1. Forums and Group Discussion, 2. Observation, 3. Surveys (Introduction to Health Education and Health Promotion hal 128-137)
Menurut Ricard & morton dalam bukunya Epidemiologi & statistik Langkah-langkah identifikasi masalah adalah : Pengumpulan fakta-fakta yang ada, data yg dikumpulkan harus akurat, singkat namun selengkap mungkin. Serta relevan terhadap masalah yang dihadapi, Pengumpulan data baru : alat bantu dan sampel, Pengklasifikasian dan peringkasan data, Penyajian dan analisis data dan Pengambilan keputusan.
.
5. Hot Isue Penyakit Menular Menjadi Penyakit Tidak Menular
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI Prof. Dr Tjandra Yoga Aditama, ada perubahan / pergeseran Penyakit Menular ke penyakit Tidak Menular yang artinya terjadi peningkatan kasus kesakitan atau kematian akibat penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi yang terjadi oleh karena perubahan pola kultur masyarakat ke masyarakat anggaria ke masyarakat industry, yang juga mempengaruhi perilaku atau gaya hidup/life style masyarakat.
UNIT BELAJAR 2 : KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN
1. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT)
Adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dibagikan kepada propinsi penghasil cukai tembakau sebesar 2% dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.07/2009 tentang Pedoman Umum Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai. Dengan komposisi 30 % untuk provinsi penghasil, 40% untuk kabupaten/kota penghasil, dan 30% untuk/kabupaten kota lainnya, digunakan untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisas ketentuan di bidang cukai dan/atau pemberantasan barang kenacukai ilegal.
2. Definisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah proses untuk membuat masyarakat mampu meningkatkan status kesehatan baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial. (http://www.who.int/hpr/NPH/docs/ottawa_charter_hp.pdf).
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat untuk menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal baik secara fisik, emosi, sosial, spiritual dan intelektual. (Definition of Health Promotion : O’Donnell, Michael). Definisi Promosi kesehatan menurut Lawrence Green (1984) adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
3. Strategi Promosi Kesehatan
Strategi pomosi kesehatan menurut WHO, 1984 yaitu: Advokasi (kegiatan untuk pendekatan kepada para pengambil kebijakan di berbagai sektor agar program kesehatan mendapat dukungan), Bina suasana (mencari dukungan sosial dari tokoh masyarakat baik formal maupun informal) dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Sedangkan Strategi Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa, 1986) adalah sebagai berikut : Membangun Kebijakan berwawasan kesehatan, Membuat Lingkungan yang mendukung , Memperkuat aksi / gerakan masyarakat, Mengembangkan ketrampilan individu, serta Reorientasi Pelayanan Kesehatan.
Gambar Ottawa Charter :
4. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Berdasarkan settingnya : Promosi kesehatan di sekolah,promosi kesehatan rumah sakit, promosi kesehatan di pelayanan umum, promosi kesehatan di masyarakat, promosi kesehatan tempat kerja, promosi keseahtan di kota sehat. (Health Promotion :theory and practice hal 221-318)
Berdasarkan aspek pelayanan : Tingkat promotif (sasaran promkes pada kelompok orang yang sehat untuk meningkatkan kesehatannya), Tingkat preventif (sasaran pada kelompok resiko tinggi misalnya perokok untuk mencegah kelompok tsb agar tidak terkena penyakit), Tingkat Kuratif (Sasaran penderita penyakit-penyakit kronis, misalnya DM, hipertensi agar tidak bertambah parah), Tingkat rehabilitative (Sasaran kelompok penderita yang baru sembuh dari penyakit, dengan tujuan pemulihan dan mencegah dari kecacatan akibat penyakit)
5. Tahapan Promosi Kesehatan
Menurut Green dalam (Introduction to Health Education and Health Promotion hal 128-137) tahapan promosi kesehatan adalah sebagai berikut : a. Diagnosis sosial dan epidemiologi, b. Diagnosis perilaku dan lingkungan, c. Diagnosis pendidikan dan organisasi, d. Diagnosis adminitrasi kebijakan, analisis kebijakan, sumber daya, peraturan yang menfasilitasi /menghambat program PKM/promosi kesehatan, e. Implementasi, dan f. Evaluasi
Tahapan Promosi kesehatan menurut (Dignan and Carr “Program Planning for Health Education and Promotion) adalah : Analisa masalah, Penilaian Target, Pengembangan program, Implementasi dan Evaluasi
6. Perspektif Gender.
Gender merupakan determinan kesehatan yang mempengaruhi semua tingkat kesehatan. Gender adalah sebuah sistem sosial yang berkaitan erat dengan nilai dan norma masyarakat. Diskriminasi gender biasanya didasarkan atas ras, sex dan suku (understanding health promotion, hal 56-57)
Definisi gender adalah sebuah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan sudut pandangnya, perbedaan itu seperti fasilitas, prioritas, hak maupun kesempatan. Ada dua bias yang sangat terlihat dalam perspektif gender dalam larangan merokok yakni pertama bias gender, seperti mengapa hanya wanita hamil yang diharamkan merokok – tidak beserta suaminya sekaligus. Padahal menurut hasil riset kesehatan, seorang perokok pasif justru mendapatkan pengaruh yang lebih buruk ketimbang seorang perokok aktif. dr. Titik Kuntari, MPH medicine.uii.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar